EYOTA terbentuk diawali dengan EMBUN PAGI pada tahun 2003. Yang beranggotakan 4 orang, yang terdiri dari : Rangga (lead guitar), Zippo (rythim guitar), Budi (vocal-bass), dan Lucky (drum). Sudah berjalan kurang lebih 1 tahun, sejak saat itu, EMBUN PAGI manggung di acara indie dan pensi-pensi sekolah. Pertengahan tahun 2004, salah satu dari personil kami yaitu Budi (vocal-bass) bermasalah dengan pita suaranya dan tidak bisa melanjutkan posisinya sebagai vokalis. Semenjak itu, band kami sempat fakum selama 6 bulan. Zippo, Rangga, dan Lucky memutuskan untuk mencari vokalis baru yaitu Rama yang tidak lain temannya Lucky yang tinggal di Bandung untuk kuliah. Setelah Rama bergabung, kami aktif kembali dengan posisi baru : Rama (vocal), Rangga & Zippo (guitars), Budi (bass), Lucky (drum). Akhirnya kami sampai pada tahap Live Recording dan kami berjalan seperti biasa. Pada tahun 2005, Rama memutuskan untuk berhenti bermain musik dikarenakan ingin melanjutkan sekolahnya. Dan Lucky pun hendak hengkang dari EMBUN PAGI. Semenjak kejadian keluarnya Lucky dan Rama, kami bertiga pun memutuskan untuk menjalankan aktifitas seperti biasa. Berawal dari kejadian itu, Zippo dan Rangga putus asa dalam bermusik dan Budi pun entah kemana sampai EMBUN PAGI bubar. Setelah itu Rangga dan Zippo bertemu dengan Joe yang sudah mempunyai band. Lalu dari hasil obrolan kami, Joe mau bergabung dengan membuat band yang mempunyai konsep yang berbeda dari band sebelumnya. Joe merekomendasikan teman satu bandnya yaitu Adi sebagai drummer. Dan yang terakhir, Irvan dipilih sebagai vocalist yang kebetulan juga dapat bermain violin. Agar dapat memberikan warna musik yang lebih “kaya”. Setelah semua lengkap pada posisinya yang kebetulan idealis musik kami sama. Dan kami berlima sepakat membuat konsep musik dengan menyatukan visi dan misi, hingga akhirnya terbentuk EYOTA dengan posisi : Irvan (vocal/violin), Rangga & Zippo (guitars), Joe (bass), dan Adi (drum). Sebelum ketahap serius, masing-masing personil mengeluarkan komitmennya masing-masing. Kami sepakat untuk menahan “ego” dalam bermusik. Lalu kami membuat musik yang lebih soft dari yang sebelumnya. Di sini kami juga tidak menghilangkan karakter atau gaya bermusik dari masing-masing personil. Dimulailah dari tahap latihan dan akhirnya masuk ketahap recording.